Barata Dwipantara
Layaknya seorang bayi, dahulu Indonesia memiliki banyak calon nama atau nama kecil seperti Nan-Hai yang berarti "Kepulauan Laut" Seberang, Indische Archipel yang merupakan sebutan bangsa Eropa, Swarnadwipa yang berarti "Pulau Emas" dalam lakon Ramayana, dan lainnya. Salah satu yang paling menarik dan cukup popular di masa itu adalah Dwipantara yang berari Kepulauan Tanah Seberang.
Uniknya, setiap nama menggambarkan identitas kejayaan serta karakteristik segala unsur kehiduapan masyarakatnya di setiap masanya. Masa Dwipantara di mulai setelah tenggelamnya pusat pemerintahan Swargantara akibat letusan Gunung Krakatau. Dwipantara dinilai unik karena mengemban kesan yang tangguh, dimana kala masa kekelaman datang, saat itu pula tantangan untuk kembali ke masa kejayaan harus ditaklukkan oleh para pengembara masa itu. Alhasil, selama kurang lebih dari 10.000 tahun, masa Dwipantara berjaya sebelum akhirnya beralih ke masa Nusantara, dimana terjadi penyempitan teritorial dan tercatat goresan dinamika penurunan kedigdayaan Indonesia.
Pada awal abad ke-19, Belanda menyadari betapa indahnya tanah Dwipantara, lalu mendirikan sebuah lembaga yang mengatur urusan parawisata bernama Vereeeging Toeristen Verkeer. Hal ini seolah menorehkan fundasi argumen yang kuat bahwa pariwisata Indonesia dulu memiliki potensi yang mengagumkan. Bukan hanya karena masih alami, namun juga karena cerdas-berimbang, dimana di beberapa lokasi sudah dipadupadankan dengan teknologi dan konstruksi bangunan yang tidak merusak alam atau sederhananya disebut tidak overlapping.
FISIPERS UI menilai bahwa periwisata merupakan objek yang menarik sekaligus pelik untuk ditelisik melalui sudut pandang jurnalistik. Sebagai sebuah lembaga otonom yang bergerak dibidang media dan pemberitaan, FISIPERS UI fokus dalam masalah konten dan kualitas berita, fotografi dan juga seni grafis dalam setiap media. Oleh karena itu, FISIPERS UI mengadakan sebuah rangkaian acara lomba bernama “BARATA DWIPANTARA” yang berasal dari bahasa sansekerta yang berarti perjalanan kembali ke pulau seberang. Acara akan dikemas dalam gaya klasik, dengan maksud untuk mengenang masa kejayaan Indonesia umumnya dan masa lestarinya kekayaan alam wisata Indonesia di masa lampau.
Rangkaian acara lomba meliputi lomba fotografi, lomba liputan wisata, serta lomba poster. Keseluruhannya akan memiliki kaitan dengan tema umum yaitu “Pengembaraan di Pulau Tanah Seberang”. Rentang waktu perlombaan akan diselenggarakan mulai 24 September hingga 24 November 2012. Segala rangkaian acara akan diselimuti nuansa kolosal, klasik kerajaan Indonesia seperti penamaan peserta sebagai pengembara, juri sebagai senopatih dan panitia sebagai hulubalang. Di akhir acara sebagai puncak apresiasi dan gelar kesenian budaya wisata Indonesia akan diadakan Galanesia sebagai pagelaran penutup keseluruhan rangkaian acara BARATA DWIPANTARA.
Uniknya, setiap nama menggambarkan identitas kejayaan serta karakteristik segala unsur kehiduapan masyarakatnya di setiap masanya. Masa Dwipantara di mulai setelah tenggelamnya pusat pemerintahan Swargantara akibat letusan Gunung Krakatau. Dwipantara dinilai unik karena mengemban kesan yang tangguh, dimana kala masa kekelaman datang, saat itu pula tantangan untuk kembali ke masa kejayaan harus ditaklukkan oleh para pengembara masa itu. Alhasil, selama kurang lebih dari 10.000 tahun, masa Dwipantara berjaya sebelum akhirnya beralih ke masa Nusantara, dimana terjadi penyempitan teritorial dan tercatat goresan dinamika penurunan kedigdayaan Indonesia.
Pada awal abad ke-19, Belanda menyadari betapa indahnya tanah Dwipantara, lalu mendirikan sebuah lembaga yang mengatur urusan parawisata bernama Vereeeging Toeristen Verkeer. Hal ini seolah menorehkan fundasi argumen yang kuat bahwa pariwisata Indonesia dulu memiliki potensi yang mengagumkan. Bukan hanya karena masih alami, namun juga karena cerdas-berimbang, dimana di beberapa lokasi sudah dipadupadankan dengan teknologi dan konstruksi bangunan yang tidak merusak alam atau sederhananya disebut tidak overlapping.
FISIPERS UI menilai bahwa periwisata merupakan objek yang menarik sekaligus pelik untuk ditelisik melalui sudut pandang jurnalistik. Sebagai sebuah lembaga otonom yang bergerak dibidang media dan pemberitaan, FISIPERS UI fokus dalam masalah konten dan kualitas berita, fotografi dan juga seni grafis dalam setiap media. Oleh karena itu, FISIPERS UI mengadakan sebuah rangkaian acara lomba bernama “BARATA DWIPANTARA” yang berasal dari bahasa sansekerta yang berarti perjalanan kembali ke pulau seberang. Acara akan dikemas dalam gaya klasik, dengan maksud untuk mengenang masa kejayaan Indonesia umumnya dan masa lestarinya kekayaan alam wisata Indonesia di masa lampau.
Rangkaian acara lomba meliputi lomba fotografi, lomba liputan wisata, serta lomba poster. Keseluruhannya akan memiliki kaitan dengan tema umum yaitu “Pengembaraan di Pulau Tanah Seberang”. Rentang waktu perlombaan akan diselenggarakan mulai 24 September hingga 24 November 2012. Segala rangkaian acara akan diselimuti nuansa kolosal, klasik kerajaan Indonesia seperti penamaan peserta sebagai pengembara, juri sebagai senopatih dan panitia sebagai hulubalang. Di akhir acara sebagai puncak apresiasi dan gelar kesenian budaya wisata Indonesia akan diadakan Galanesia sebagai pagelaran penutup keseluruhan rangkaian acara BARATA DWIPANTARA.
Fisipers Days 2012 - Barata Dwipantara